Beberapa waktu lalu, Indonesia dikejutkan kembali dengan sebuah
aksi bom bunuh diri di gereja di Kepunten di kota Solo yang memakan korban jiwa
dan luka-luka. Hal ini menandakan bahwa masih ada kelompok teroris yang masih
berlalu lalang di negri ini. Sehingga wajar jika masyarakat Indonesia khawatir
akan ancaman terorisme yang siap mengintai mereka kapanpun dan dimanapun.
Karena kekhawatiran tersebut, maka tak salah apabila pelaku teror
tersebut (teroisme) diibaratkan seperti macan. Seekor macan akan sangat buas di
hutan belantara. Ia adalah seekor predator yang siap menerkam
mangsa-mangsa yang ada di hadapannya. Ia juga merupakan ancaman utama bagi para
pemburu sehingga setiap pemburu yang akan masuk ke dalam hutan tersebut harus
berhati-hati. Tapi mari kita tengok harimau yang ada di sirkus! ia begitu jinak
kepada majikannya, ia mau menuruti perintahnya, sehingga kesan buas yang selama
ini kita alamatkan kepada harimau tidak ada walaupun pada dasarnya harimau itu
binatang buas.
Ada apa di balik ini semua? Ternyata ada perbedaan yang mencolok
antara harimau hutan dan harimau sirkus. Harimau yang di hutan belantara itu
hidup liar sehingga prilakunyapun liar. Sedangkan harimau yang ada di sirkus diperlakukan dengan cinta oleh majikanya, ia diberi
makan, dilatih, dll sehingga ada sebuah ikatan yang terjalin antara sang
harimau dan majikannya.
Begitupun dengan teroris, mereka apabila pemerintah hendak
menghilangkan ancaman terorisme ini, maka tak ada salahnya apabila kita ajarkan
mereka tentang cinta, bukan berarti diajarkan seperti seorang guru yang
mengajari muridnya ataupun seperti dosen yang mengajar para mahasiswa, tapi
lebih kepada menumbuhkan rasa cinta pada diri mereka, cinta pada diri sendiri
akan menumbuhkan rasa cinta kepada keluarganya, kepada sesamanya, kepada
negaranya, dan lebih lagi kepada agamanya. Bukankah setiap agama juga mengajarkan cinta? Apabila seorang teroris
sudah memiliki rasa cinta kepada dirinya dan keluarganya, maka tak mungkin ia
rela dirinya menjadi buronan para aparat dan di tembak mati sehingga harus
meninggalkan anak dan istrinya. Apabila seorang teroris mencintai negaranya,
maka tak mungkin ia tak mungkin rela merusak citra negaranya sendiri dengan
aksi teror yang ia lancarkan, dan apabila seorang teroris mencintai agamanya
maka ia tak akan rela apabila kehilangan tiket masuk surga karena tindakan
bodohnya. Islam sendiri mengajarkan bahwa kita harus mencintai satu sama lain. “
Tak akan masuk surga kalian semua hingga kalian beriman, dan belum dinyatakan
beriman kalian semua hingga kalian mencintai satu sama lain” (H.R Muslim).
Oleh karena itu marilah kita sebarkan cinta kepada semua orang,
cinta yang tulus akan menjauhkan kita dari ancaman-ancaman kejahatan tak
terkecuali ancaman terorisme. Karena terorismepun dapat takluk oleh cinta. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar